note : BUNGLON_08: cara membina pribadi

cara membina pribadi

A. Cara membina pribadi diri
Sejak dilahirkan, setiap orang tumbuh dan berkembang menurut masa dan irama perkembangan sendiri-sendiri, membawa daya kemampuan kodratnya sendiri, yang dikembangtumbuhkan lingkungannya sendiri pula, sehingga hasilnya merupakan sesuatu yang kompleks dan unik, yang seakan-akan tidak seorangpun ada persamaan dengan orang lain, dalam hal apapun.
Sebenarnya diantara manusia yang satu dengan yang lain, ada pula persamaanny, misalnya tentang masa-masa yang dilalui sepanjang hidupnya, sejauh manusia berada dalam kehidupan yang normal. Tegasnya, tiap manusia, akan selalu bersama melewati masa bayi, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Tiap masa mempunyai tugas yang hampir bersamaan pula. Masa kanak-kanak, bertugas mengembangkan diri dengan bermain. Msa anak, bertugas mengembangkan diri dengan belajar. Masa renmaja, para remaja, bertugas membekali diri untuk kehidupan yang bahagia, dan masa dewasa, bertugas membina keluarga dengan pekerjaan-pekerjaan yang dapat mendatangkan hasil, guna mempertahankan hidup dan kehidupan selanjutnya.
Tugas utama agar didalam pergaulan dengan manusia yang lain, mereka dapat hidup dengan tenang, adalah bahwa ia harus memiliki pribadi yang baik, yang berarti tidak ada alasan bagi yang lain untuk datangnya ke tidak tenangan. Hal ini merupakan konsekwensi lanjut daripada kesanggupannya untuk hidup. Cepat atau lambat, masa untuk itu harus dimilikinya, dengan mengusahkan sendiri.
Dalam hal inilah arti arti kehadiran pendidikan ditengah kehidupan masyarakat. Yaitu membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia, tanpan kehilangan pribadinya masing-masing. Usaha semacam itu masih harus dilanjutkan oleh individu itu sendiri, bila tiada lagi waktu untuk mendapatkannya di sesuatu perguruan. Sebab secara kodrat ia akan dibebabani untuk membina pribadi anak-anaknya. Sebagai manusia yang bertanggung jawab atas kemasalahn bersama ia harus mampu menunaikan tugasnya sebagai pembina anak-anak mereka. Untuk itu mereka dituntut dapat lebih dahulu membina diri sendiri, mendidik diri sendiri, membina pribadi diri, sehingga tingkahlaku, perbuatan maupun ucapannya dapat dipergunakan sebagai isi bagi si anak, yang juga sudah mulai berusaha membina dirinya, dengan kemampuannya untuk meniru.
Apapun yang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya, akan ditiru oleh anak-anak. Dengan demikian, betapa harus berhati-hatinya orangtua membawa diri didepan anak-anak mereka, sebab tiap geraknya, tiap ucapannya akan diisikan kedalam kandung kepribadian didalam perkembengannya.

B. Petunjuk Dr. Franz Dahler.
Di dalam buku yang berjudul : Menuju Kesehatn Psikhis,Dr.Franz Dahler, menulis tentang kepribadian orang dewasa yang sehat.
Menurut pendapatnya, kesehatan /kepribadian psikis tidak sama dengan kesucian. Mungkin seorang hidup dengan suci, tetapi tidak mempunyai kepribadian yang sehat.
Menurut Dr. Franz Dahler tanda-tanda kepribadian sehat adalah :
1. Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain .
2. Tidak malu- malu dan ragu – ragu,tetapi berani
3. Inisiatifnya berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa
4. Tidak menderita rasa harga diri kurang,tetapi ia mempunyai semangat kerja
5. Bersikap jujur terhadap diri sendiri
6. Mampu berdedikasi
7. Senang mengadakan kontak dengan sesama
8. Generatifitas (sikap kebapak – ibuan)
9. Integritas.
Tanda-tanda kepribadian yang kurang sehat
1. Tak mampu melakukan persahabatan, mengisolasikan diri.
2. Daya konsentrasi buyar; ketekunan dalam pekerjaan hancur, terlalu banyak melamun.
3. Penyangkalan terhadap nama, asal-usul, suku bangsa, masa lampau, dan sebagainya.
4. Tak mampu memperjuangkan diri, bahkan kadang-kadang timbul keinginan mengakhiri hidup, bertalian dengan kebosanan hidup.
5. Sifat ingin membalas dendam; bereaksi terlalu radikal terhadap orang lain maupun dirinya sendiri, tidak mengakui dan tidak menerima masa lampaunya, lalu mau mengubah diri secara sangat radikal (identitas negatif).

C. Perbedaan Karakter Pria dan Wanita
1. Wanita Lebih Peka
Wanita lebih awas apabila ada wanita yang merasa marah atau terluka, sementara pria biasanya masih harus secara nyata melihat air mata, wajah marah atau bahkan tamparan di wajah sebelum dia benar-benar mengerti apa yang terjadi. Kepekaan wanita dalam memahami isyarat komunikasi yang halus dan samar ini sering disebut sebagai “intuisi wanita” yang sebenarnya adalah kemampuan wanita yang luas biasa dalam mendeteksi detail dan perubahan kenampakan atau perilaku orang lain. Atas anak-anak mereka misal, wanita mengetahui teman-teman, harapan, impian, romantika, kekhawatiran, dan apa yang dipikir dan dirasakan. Sementara tidak demikian halnya para pria.
2. Wanita Memiliki Lingkup Panda Yang Lebih Luas
Wanita memiliki pandangan peripheral yang lebih luas ketimbang pria, yakni hingga hampir mencapai 180 derajat. Pandangan pria berbentuk semacam tunnel vision, yang membuatnya bisa melihat jelas dan akurat apa-apa yang berada di depannya dalam jarak yang jauh.
Mata wanita lebih cocok untuk aktivitas jarak dekat, menjadikan si wanita bagus dalam menangani aktivitas yang mementingkan detail. Otak wanita juga memiliki kapabilitas tinggi dalam mencermati area spesifik, yang menjadikan wanita lebih jago dalam menjahit dan mengamati perihal detail di layar computer.
3. Wanita dan Kebiasaan Ngelirik
Lelaki biasanya sering ketahuan ketika sedang memandangi lawan jenis dengan lirikan. Tapi wanita jarang mendapat complain serupa. Ternyata berdasarkan penelitian ditemukan bahwa sebenarnya wanita juga sering memandangi pria, bahkan kadang sering ketimbang pria terhadap wanita. Cuman kemampuan peripheral mereka membuat mereka jarang ketahuan. Mereka bahkan tidak perlu melirik kok untuk bisa melihat sekeliling mereka.
4. Wanita Punya Pendengaran Yang Lebih Baik
Wanita memiliki pendengaran yang lebih baik ketimbang pria dan juga dalam membedakan suara ber-pitch tinggi. Otak wanita lebih deprogram untuk bisa mendengarkan tangisan bayi di malam hari, yang mana itu tidak akan membuat sang bapak terbangun. Bila ada anak kucing menangis di kejauhan, wanita akan bisa mendengarnya, sementara sang pria dengan kemampuan direksional dan spasialnya bisa mendeteksi di mana anak kucingnya berada.
5. Wanita Punya Indera Perasa Yang Lebih Baik
Indera perasa dan pencium-bau wanita lebih bagus ketimbang pria. Kita punya 10.000 reseptor rasa untuk mendeteksi paling tidak empat rasa; manis dan asin di ujung lidah, getir/asam di sisi lidah, dan pahit di belakang lidah. Pria punyakeunggulan dalam merasakan asin dan getir, sehingga mereka suka bir ketimbang wanita. Dan wanita lebih unggul dalam merasakan manis dan rasa gula, sehingga lebih banyak wanita ketimbang pria yang “mengidap” chocoholics.
6. Mengapa Pria Disebut “Tak Peka”
Dalam dunia wanita yang lebih peka, mereka berharap pria bisa membaca sinyal bahasa tubuh, vocal atau verbal mereka, seperti yang wanita lain biasa lakukan. Secara diam-diam, wanita berasumsi bahwa pria akan tahu apa yang dia (wanita) inginkan atau butuhkan. Lalu ketika yang terjadi tidaklah demikian, wanita menuduh pria sebagai “tak peka dan tak berperasaan”. Sang pria pun protes “memangnya saya ini pembaca pikiran apa?!”
Wanita memang suka ngobrol dan berbicara lebih banyak. Otak pria tersekat-sekat secara tegas dan berkembangpun untuk memilah dan menyimpan informasi dengan rapi di akhir hari. Tapi otak wanita tidak bekerja seperti itu, masalah-masalah mereka terus saja berputar-putar di kepala mereka.
Cara yang bisa dilakukan wanita untuk menyingkirkan masalah atau mengidentifikasikan masalah atau mengidentifikasikan masalah di pikirannya adalah dengan membicarakannya, ngobrol tentangnya. Jadi, ketika wanita berbicara di akhir hari, tujuannya adalah sekedar untuk menemukan atau memahami masalah, bukan untuk menyimpulkan atau mensolusikan.
Terlepas dengan keperluannya dalam menyikapi masalah, ketika wanita duduk nonton film atau tv, mereka biasanya bisa sambil ngobrol tentang banyak hal, termasuk anak-anak, lelaki, karir dan apa-apa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Ketika ada pria di sana, biasanya wanita akan disuruh diam. Pria tidak bisa berbicara dan nonton TV secara bersamaan, harus satu-satu.
Pria memandang telepon sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan fakta dan informasi kepada orang lain. Tapi wanita memandangnya sebagai sarana untuk mengikatkan diri. Seorang wanita bisa menghabiskan dua minggu liburan dengan teman wanitanya dan, ketika dia pulang, bertelepon dengan temannya itu untuk ngobrol lagi selama dua jam.
Wanita berbicara dengan menggunakan perkataan tak langsung, atau muter-muter kalo berbicara. Ini adalah keahlian khusus para wanita dan dimaksudkan untuk membangun relationship dengan menghindarkan konfrontasi atau ketidak sepahaman frontal. Sementara itu, kalimat pria cenderung pendek, langsung, berorientasi solusi dan to the point, memiliki kosa kata lebih luas dan dibumbui dengan banyak fakta.
Kosakata bukanlah keahlian dasar para wanita, sehingga ketepatan arti menjadi kurang relevan bagi mereka. Tapi pria sedemikian peka dengan perkataan, dia menanggapinya secara harafiah dan literal, apa adanya, kata per kata sesuai dengan arti dasarnya. Begina jadinya kalo pria dan wanita sedang bertengkar.

BAB III
PENUTUP

Kehadiran pendidikan ditengah kehidupan masyarakat. Yaitu membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia, tanpan kehilangan pribadinya masing-masing. Usaha semacam itu masih harus dilanjutkan oleh individu itu sendiri, bila tiada lagi waktu untuk mendapatkannya di sesuatu perguruan.
Menurut Dr. Franz Dahler tanda-tanda kepribadian sehat adalah :
1. Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain .
2. Tidak malu- malu dan ragu – ragu,tetapi berani
3. Inisiatifnya berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa
4. Tidak menderita rasa harga diri kurang,tetapi ia mempunyai semangat kerja
5. Bersikap jujur terhadap diri sendiri
6. Mampu berdedikasi
7. Senang mengadakan kontak dengan sesama
8. Generatifitas (sikap kebapak – ibuan)
9. Integritas.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi abu. Psikologi umum .2009.Surabaya : Bina Ilmu.
Sujanto Agus.Lubis Halem.psikologi kepribadian 2006.Jakarta : Bumi Aksara.
Tarmudji,Tarsis.Pengembangan diri.1198.Yogyakarta : Liberty.

0 Response to "cara membina pribadi"

Posting Komentar