note : BUNGLON_08: 05/01/11

MEMAHAMI BUDAYA DAN KEPRIBADIAN MANUSIA


1.    Pengertian Budaya

Secara umum Budaya dan Kepribadian saling memiliki keterkaitan dalam kehidupan setiap manusia. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebelum membahas peran kebudayaan dalam membentuk kepribadian, akan lebih baik memahami masing – masing dari setiap pokok materi yaitu Budaya dan Kepribadian.

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.[1] Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan.[2] Selain itu E.B. Taylor mengukapkan budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.  Budaya dalam Ranah Indivudual
Mempelajari tentang budaya, tentunya kita harus berbicara tentang ranah social sekaligus ranah individual. Rana social terbentuk karena manusia tidak bisa lepas dari lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Sebagai makhluk social manusia tentunya membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berawal dari interaksi insedental, kehidupan layaknya makhluk social dengan sendirinya akan membentuk sebuah aturan-aturan, nilai-nilai, maupun norma-norma dari kebiasaan yang sering dilakukan.
Sedangkan pada ranah individual terbentuk karena budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan masing-masing untuk selanjutnya memberi pengaruh. Pada perkembangan selanjutnya ketika sudah terbentuk budaya, setiap individu secara hakikat adalah agen-agen budaya yang memberi keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar. Individu-individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi dikehidupannya-ketika pergi belajar, ke kantor, berhubungan intim-sekaligus mengamati dan belajar budaya lain dari individu-individu lain yang berinteraksi. Selanjutnya dibawa pulang pada budaya aslinya.
Khusus berbicara pada tatanan individual dimana budya memberi pengaruh pada kehidupan individu lebih dari sekedar prilaku semata, terlihat hubungan yang sangat dekat sekali antara budaya dengan beberapa konsep-konsep dasar psikologi khususnya konsep-konsep yang membangun entitas psikologis seorang manusia.[3]

3.   Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah perbedaan diantara beragam budaya dalam memberi definisi kepribadian.[4] Menurut Koentjaraningrat Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang. Roucek dan Warren menuturkan bahwa Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality ) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola-pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum. Dari semua devinisi yang tertulis di atas dapat digambarkan bagaimana mereka mempercayai bahwa kepribadian didasarkan pada stabilitas dan konsistensi disetiap kontek, situasi, dan interaksi (Matsumoto,1996).
 Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir, perasaan dan perilaku individu manusia, serta bertindak sebagai aspek fundamental dalam setiap individu tersebut.[5] Definisi kepribadian dalam literatur Barat umumnya menyatakan sebagai karakter perilaku, karakter kognitif, dan presdisposisi relatif yang abadi.
Sedangkan kepribadian dalam islam memiliki ari serangkaian prilaku normative manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk social, yang normanya diturunkan dari ajaran islam yang bersumber dari Al qur’an dan Al sunnah.[6]
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari satu ahli dengan yang lainnya pun juga berbeda-beda. 


4.    Kepribadian dalam Lintas budaya
Banyak sekali catatan yang menunjukkan beragamnya penjelasan mengenai kepribadian antara kebudayaan yang berbeda. Di Amerika, menonjolkan dan menampilkan diri adalah suatu hal yang baik. Ibaratnya “roda yang berunyilah yang harus dilumasi”. Tetapi di banyak kebudayaan Asia, kemungkinan besar orang yang menonjolkan diri akan mendapatkan hukuman, atau dengan kata lain bisa diibaratkan sebagai “paku yang kurang tertanam akan dipukul sama rata.”[7] Gambaran di atas menunjukkan bahwa nampaknya orang memiliki gagasan, premis, atau konsep berbeda tentang diri, orang lain, dan hubungan antara diri dengan orang lain. Di banyak kebudayaan Barat, ada suatu keyakinan yang kuat tentang individualisme, banyak orang yang dibesarkan untuk menjadi unik, dapat mengekspresikan diri, mewujudkan dan mengaktualisasikan diri yang sesungguhnya. Dengan adanya tugas-tugas kultural semacam ini, pengertian orang Amerika tentang harga diri atau nilai diripun menjadi khas. Ketika individu berhasil menjalani tugas kultural ini, mereka akan sangat puas dengan dirinya. Harga diri mereka meningkat. Di bawah konsep independen tentang diri ini, individu cenderung memusatkan perhatian pada sifat-sifat internal seperti kemampuan diri, kecerdasan, kepribadian, tujuan-tujuan, kesukaan, atau sifat-sifat diri, serta mengekspresikannya di ruang publik. Sedangkan dalam kebudayaan Timur, terdapat suatu keyakinan yang kuat tentang kebersamaan, gotong royong, dan lain sebagainya. Budaya Timur lebih menekankan pada keterikatan antar manusia. Tugas normatif utama dalam budaya Timur adalah melakukan penyesuaian diri untuk menjadi sama dan mempertahankan interdependensi di antara individu. Dengan demikian, banyak individu dalam budaya-budaya ini yang dibesarkan untuk menyesuaikan diri dengan orang dalam suatu hubungan atau kelompok, membaca maksud dari orang lain, menjadi orang yang simpatik, menempati dan menjalani peran yang diberikan pada diri kita, bertindak secara pantas, dan sebagainya. Hal inilah yang menjadi tugas kultural yang dirancang dan terseleksi lewat sejarah suatu kelompok budaya untuk mendorong terjadinya interdependensi antara diri dengan orang lain


[1] Berry, dkk. 1999. Psikologi Lintas Budaya. Riset dan Aplikasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
[2] Susetyo, Budi. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Handout Kuliah. Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang : hal 7
[3] Dayaksini dan Yuniardi. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press. Hal 99-100
[4] Ibid.hal 100
[5] Susetyo, Budi. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Handout Kuliah. Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang : Tidak diterbitkan

[6] Mujib,abdul, 2006. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Raja Gravindo Persada. Hal 14
[7]Matsumoto, David. 2000. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
read more “MEMAHAMI BUDAYA DAN KEPRIBADIAN MANUSIA”