note : BUNGLON_08: Modernisasi pendidikan

Modernisasi pendidikan

Modernisasi pendidikan;
sebagai awal transformasi dunia pendidikan yang mencerahkan

Islam sebagai agama rahmat memberi peluang kepada manusia untuk mengembangkan diri berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Pengembangan diri berdasarkan wahyu merupakan cita-cita Al-Quran. Pengembangan diri tersebut merupakan bagian dari wahyu ketuhanan. Karena dalam al-Quran terdapat perintah untuk mengubah diri, perintah untuk banyak membaca, perintah untuk berfikir. Perintah tersebut mengindikasikan bahwa manusia diajarkan untuk mampu menempa diri dan mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya. Tetapi perintah untuk berfikir, mengembangkan diri hanya tinggal konsep. Karena semua konsep tentang pengembangan diri, konsep dasar pendidikan Islam tidak digali dan dikembangkan untuk kemajuan pendidikan Islam.

Hampir menjadi sebuah consesus, bahwa peradaban masa depan adalah peradaban yang dalam banyak hal didominasi ilmu (khususnya sains), yang pada tingkat praktis dan penerapan menjadi teknologi. Tanpa harus menjadikan sains sebagai "Pseudo-Religion" jelas bahwa maju atau mundurnya suatu masyarakat di masa kini dan mendatang banyak ditentukan tingkat penguasaan dan kemajuan sains khususnya. Meski masa kini dan masa mendatang disebut sebagai zaman globalisasi dalam kedua bidang ilmu ini tetap terbatas. Negara-negara paling terkemuka dalam sains dan teknologi tidak begitu saja memberikan informasi atau melakukan transfer sains dan teknologi kepada negara berkembang. Dengan demikian tantangan bagi masyarakat muslim di bagian dunia manapun untuk mengembangakan sains dan teknologi sekarang dan masa datang tidak lebih ringan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, terutama sesudah abad kemudian-19, yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan dunia modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Sebagai halnya di barat, di dunia Islam juga timbul pikiran-pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat melepaskan ummat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.

Namun, mengapa ketika Pendidikan Islam disuguhkan ke masyarakat umum, yang terjadi justru berbalik fakta. Ketika peradaban zaman berkembang dengan begitu pesatnya, Pendidikan Islam justru lebih fokus pada pembelajaran klasik. Akibatnya Pendidikan Islam acapkali terkucilkan. Pendidikan Islam hingga saat ini nampak sering terlambat memposisikan diri dalam merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan budaya masyarakat.

Ketika Pendidikan Islam mencoba menawarkan sistem pembelajaran secara integrated (penggabungan antara materi umum dan keagamaan), untuk memenuhi kekosongan salah satu di antara materi pendidikan umum dan materi Pendidikan Islam, justru kebijakan ini seakan menjadi beban bagi peserta didik.

Disamping itu, berdasarkan laporan political and economic risk consultancy (PERC) terungkap bahwa sistem pendidikan Indonesia adalah yang terburuk di Asia. Mutu pendidikan di Indonesia dengan skor 6,56 masih di bawah Negara Vietnam dan Negara-negara tetangga di Asia. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia masih membutuhkan peningkatan, tidak terkecuali pendidikan Islam.

Lantas, sistem Pendidikan Islam itu sendiri masih mengalami berbagai kendala. Salah satu diantaranya adalah kerancuan antara materi umum dengan keagamaan. Inilah yang menjadi alasan klasik mengapa prestasi materi umum yang disampaikan di lembaga Pendidikan Islam kalah saing dengan prestasi yang dicapai oleh sekolah umum. Begitu sebaliknya, penyampaian ilmu agamanya pun tidak segemilang seperti yang terjadi di pondok pesantren. Kenyataan inilah yang setidaknya mendorong orang tua murid mengambil alternatif lain, yakni mempercayakan anaknya pada lembaga pendidikan yang lebih menjanjikan masa depan.

Secara garis besar melihat dari input-uotput dunia pendidikan Islam yang kemudian perlu disentuh dengan "modernisasi" secara umum Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA menggambarkan :

1. Input dari masyarakat ke dalam sistem pendidikan.

a. Idiologis-Normatif: orientasi-orientasi idiologis tertentu yang diekspresikan dalam norma-norma nasional (pancasila, misalnya) menuntut sistem pendidikan Islam untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik. Bagi negara-negara yang relatif baru merdeka dimana intregasi nasional merupakan suatu agenda pokok, maka orientasi idiologis normatif ini sangat ditekankan dalam sistem pendidikan nasional.
Dalam kerangka ini, pendidikan dipandang suatu instrumen terpenting bagi pembinaan "nation building". Sangat boleh jadi orientasi idiologis lama -katakanlah Islam- lambat atau cepat tergeser oleh orientasi nasional baru tadi. Atau setidaknya, terjadi semacam situasi anomali atau bahkan krisis identitas idiologis.

b. Mobilisasi Politik : kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modernitas dan inovator yang dapat memelihara dan bahkan meningkatkan momentum pembangunan. Tugas yang terutama terpikul pada lembaga pendidikan tinggi, mengharuskan lembaga pendidikan tinggi Islam - seperti X misalnya- untuk menerapkan kurikulum yang lebih berorientasi pada modernisme dan modernitas.

c. Mobilitas Ekonomi : kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut sistem pendidikan untuk mempersiapkan anak didik menjadi SDM yang unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan. Difersifikasi yang terjadi dalam sektor-sektor ekonomi, bahkan mengharuskan sistem pendidikan untuk melahirkan SDM yang spesialis dalam berbagai bidang profesi. Dalam konteks ini, lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak memadai lagi sekedar menjadi lembaga transfer dan tranmissi ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus juga harus dapat memberikan ketrampilan (skill) dan keahlian (abilities).

d. Mobilitas Sosial : peningkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan value ke arah tersebut. Pendidikan islam, dengan demikian tidak cukup lagi sekedar pemenuhan kewajiban menuntut ilmu belaka; tetapi harus juga memberikan modal dan, dengan demikian kemungkinan akses bagi peningkatan sosial.

e. Mobilisasi Kultural : modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan kultural menuntut sistem stabilitas dan mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan. Dalam konteks pendidikan Islam, khususnya pesantren. Yang mempunyai sub-kultural sendiri yang khas itu, semua ini berarti penilaian ulang terhadap lingkungan kulturalnya sendiri.

2. Output bagi masyarakat

a. Perubahan Sistem Nilai : dengan memperluas "peta kognitif” peserta didik, maka pendidikan menanamkan nilai-nilai yang merupakan alternatif bagi sistem nilai tradisional. Perluasan wawasan ini akan merupakan pendorong bagi tumbuh dan berkembangnya "semangat untuk berprestasi dan mobilitas sosial. Persoalanya kemudian, sejauh mana sistem dan lembaga pendidikan islam khususnya pesantren, yang secara sadar mengorientasikan diri pada perluasan "peta" kognitif ini, bahkan sebaliknya terdapat kesan yang kuat, bahwa pesantren tetap berkutat pada normativisme dan dogmatisme lama yang kurang memberikan kesempatan bagi pengembangan kognisi dan kreativitas.

b. Output politik : Kepemimpinan modernitas dan innovator yang secara langsung dihasilkan sistem pendidikan dapat diukur dengan perkembangan kuantitas dan kekuatan birokrasi sipil-militer, intelektual dan kader-kader administrasi politik lainya, yang direkrut dari lembaga-lembaga pendidikan - terutama pada tingkat menengah dan tinggi. Di sini, kepemimpinan yang dihasilkan lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pada tingkat menengah seperti pesantren, kelihatanya sebagian besar masuk ke dalam "kepemimpinan tradisional", tegasnya kepemimpinan keagamaan, yang tentunya berhasil dicapai setelah mendapat pengakuan dari masyarakat. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi - dalam hal ini IAIN- selain melahirkan kepemimpinan tradisional tadi, tetapi dalam batas tertentu juga melahirkan intelektual dan birokrat, dan segelintir yang masuk ke lingkungan militer terutama menjadi "rohis" (rohani Islam) atau "binroh" (pembinaan rohani). Penjajahan madrasah, melalui UUSPN 1989, dengan sekolah umum pada segi lain membuka peluang besar bagai sepektrum kemunculan lapisan-lapisan kepemimpinan di atas dari sistem dan kelembagaan pendidikan Islam.

c. Output ekonomi; ini dapat diukur dari tingkat ketersediaan SDM atau tenaga kerja yang terlatih dan siap pakai, baik "white collar" maupun "blue collar" . hal ini harus diakui masih merupakan suatu masalah besar yang dihadapi sistem dan lembaga pendidikan Islam. Belum terdapat link and match yang jelas dan kuat antara sistem dan lembaga pendidikan Islam dengan masalah tenaga kerja yang terlatih dan siap pakai tersebut.

d. Output social: dapat dilihat dari tingkat integrasi social dan mobilitas peserta didik ke dalam masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal integrasi social, output sistem dan lembaga kelihatanya relative berhasil, karena didukung oleh faktor kependudukan Indonesia yang mayoritas beragama islam. Tetapi dalam hal mobilitas social, sestem kelembagaan pendidikan Islam kelihatanya belum lagi kelihatan signifikansinya.

e. Output cultural : tercermin dari upaya-upaya pengembangan kebudayaan ilmiah, rasional dan innovatif, peningkatan peran integrative agama dan pengembangan bahasa pendidikan. Pada tingkat pengembangan tinggi, sistem dan kelembagaan pendidikan Islam -dalam hal ini, IAIN- sulit diingkari sedikit banyak telah mampu mengembangkan paradigma keislaman yang lebih integrative, dengan pendekatanya yang nonmahdzab. Tetapi pada tingkat lembaga pendidikan yang lebih rendah, kebudayaan ilmiah, rasional dan innovatif kelihatanya belum banyak berkembang.

Dengan pertimbangan latar belakang tersebut diatas maka "Modernisasi Pendidikan Islam Perspektif Prof. Dr. Azyumardi Azra M.A" dengan harapan dapat membantu memberikan solusi utnuk pembaharuan pendidikan Islam agar lebih maju dan berkembang sesuai dengan hakikat agama Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam dan zaman.

read more “Modernisasi pendidikan”