note : BUNGLON_08: Plato

Plato


Biografi Plato
Plato adalah seorang tokoh dunia, filsuf Yunani klasik yang sangat berpengaruh, Ia murid Socrates, guru dari Aristoteles, seorang penulis produktif, dan pendiri Akademi Athena. Ia adalah pelopor filosof politik Barat dan sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika. Pendapat-pendapatnya di bidang ini sudah terbaca luas lebih dari 2300 tahun. Plato, seorang philodorian, kuliah secara intensif di Akademi, dan banyak menulis tentang masalah filsafat. Eksistensinya bertahan melalui tulisan populernya yang dipertahankan dalam berbagai manuskrip, disunting dalam berbagai edisi dan terjemahan. Tulisan Plato berjudul corpus hampir seluruhnya berupa dialog, epigram dan huruf. Plato lahir di Athena sekitar tahun 427 SM, dari keluarga bangsawan cukup terkenal. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya Perictione. Nenek moyang Plato, Glaucon, adalah salah satu bangsawan paling terkenal di Athena. Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan meninggal disana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar.
Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya. Dalam tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelumdewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersanjak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air.
Pemikiran Plato
Ajaran tentang Idea.
Intisari dari pada filosofi plato ialah pendapatnya tentang idea. Itu adalah suatu ajaran yang sangat sulit memahamkannya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya ten tang idea selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Kemudian meluas menjadi pandangan hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik social dan mencakup pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang lahir, dimana berlaku pandangan Herakleitos, dan alam pengertian yang abstrak dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya kiraan. Sebab kalau semuanya mengalir dengan tidak berhenti-hentinya, tiap barang bagi tiap orang pada setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya. Maka manusia menjadi ukuran dari segalanya, seperti dikatakan oleh protagoras. Tetapi pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap adanya, yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak. Ia timbul semata-mata karena kecerdasan berfikir. Pengertian yang dicari engan pikiran ialah idea. Idea pada hakikatnay sudah ada, tinggal mencarinya saja. Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari pengetahuan ten tang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi plato. Pengertian yang mengandung didalamnya pengetahuan dan budi, yang dicarinya bersama-sama dengan sokrates, pada hakekat dan asalnya berlainan sama sekali dari pemandangan. Sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian. Ia diperoleh atas usaha akal sendiri. Idea menurut paham plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah. Tetapi yang baru dalam ajaran plato ialah pendapatnya ten tang suatu dunia yang tidak bertubuh. Filosofi grik sebelumnya dia tidak mengenal gambaran dunia dunia semacam itu. juga adanya dalam pikiran Parmenides, yang mengisi yang sepenuh-penuhnya, sehingga di sebelah adanya tidak ada lagi tempat yang kosong, masih merupakan sesuatu yang bertubuh.
Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Dalam semua itu semuanya bergerak dan berubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan kekal. Dari pandangan dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian. Berhadapan engan itu terdapat dunia yang tidak bertubuh dari pada idea, yang lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi obyek dari pengetahuan pengertian apabila pengertian yang dituju itu memperoleh bentuknya yang tepat, ia tidak berubah-ubah lagi dan bertempat didalam dunia idea. Idea itulah yang melahirkan pengetahuan yang sebenarnya. Pada gambaran plato tentang dunia yang dua itu terdapat tingkat yang mempertalikan buah pikiran filosofi yang lama. Ajaran herakleitos ten tang semuanya mengalir dimana tak ada yang tak tetap dapat ditampung dalam dunia plato yang bertubuh. Dunia yang kelihatan berisikan badan-badan yang bertubuh. Dunia yang kelihatan berisikan badan-badan yang bertubuh, yang menjadi obyek pemandangan dan pengalaman yang berjenis rupa dan berubah senantiasa disebutnyadunia herakleitos yang selalu dalm kejadian. Disitu didapati terus-meneris timbul dan hilang dengan tidak ada yang tetap. Pikiran parmeides yang bersendi pada adanya satu dan tetap yang meniadakan yang kelihatan banyak dan berubah-ubah dapat ditempatkan dalam dunia plato yang tidak bertubuh, dunia idea. Dalam konsepsi plato dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bertubuh terpisah sama sekali. Ini kelanjutan daripada pendapatnya ten tang perbedaan antara pikiran dan pandangan. Pengetahuan dengan pengertian hanya mengenal dunia yang ada dan tidak menjadi. Pandangan dan pengalaman mengenal dunia yang selalu menjadi. Tetapi dunia yang bertubuh tidaklah semata-mata berdiri sendiri. Ada hubungannya dimana-mana dengan dunia yang tidak bertubuh, dunia idea, yang memberikan makna dan tujuan kepada dunia yang lahir.
Menurut plato pengertian yang sebanyak itu menunjukkan banyaknya jenis idea. Terhadap tiga pengertian yang bersangkutan dengan barang, sifat, hubungan, ada idea yang bertepatan. Tetapi seluruh dunia idea itu merupakan satu kesatuan yang didalamnya terdapat pertingkatan derajat. Idea yang tertinggi ialah idea kebaikan, sebagai Tuhan yang membentuk dunia. Plato menyamakannya dengan matahari yang menyinari semuanya. Idea kebaikan tidak saja sebab timblnya tujuan pengetahuan dalam dunia yang lahir, tetapi juga sebab tumbuh dan kembang segala-galanya. Idea kebaikan dalah pokok. Karena dunia idea tersusun menurut sistem teleology “suatu susunan yang teratur tepat menurut tujuan yang sudah tertentu. Karena sinar yang memancar dari idea kebaikan, semuanya tertarik padanya dank arena itu ia jadi sebab tujuan dari segala-galanya. Dalam dunia yang asal ia sebab dari adanya daripengetahuan. Tetapi sebab itu pada hakekatnya tidak lain dari pada tujuan”. Dalam sistem hirarki itu dibawah idea kebaikan berada jiwa dunia yang tidak bertubuh masukke dunia dan menggerakkannya. Kemudian idea keindahan yang rapat sekali hubungannya dengan idea yang tertinggi. Ia adalah suatu bentuk yang terutama daripada bayangan yang baik dalam dunia yang nyata. Cahaya dari yang indah itulah yang menjadikan jiwa tajub dan rindu hendak kembali ke dunia yang asal. Yang indah menjadi penghubung yang bekerja kuat antara dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang lahir. Jiwa yang indah yang menjelma dalam perbuatan menyelenggarakan adab, seni, dan ilmu, pendidikan dan usaha politik, akhirnya naik ke atas dalam bentuk indah dan murni, ketempat asalnya dalam dunia yang tidak bertubuh. Demikianlah seterusnya tersusun idea berturut-turut dalam urutan yang diliputi oleh kesatuan. Dalam ajaran plato tentang idea ada satu kosepsi yang ganjil rupanya, tetapi tetap duduknya, jika ditinjau dari caranya berpikir. Antara dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bertubuh dibentangkannya suatu daerah perpisahan yang netral. Daerah itu ialah daerah lukisan matematik : angka-angka dan bangunan ilmu ukur. Lukisan itu berbeda dengab dunia yang berubah-ubah dan sementara karena ia berlaku tetap untuk selama-lamanya. Sifatnya sama dengan idea. Ia berbeda dengan idea, karena bangunannya itu dapat dilihat dan berulang-ulang dilukiskan. Dalam hal ini ia serupa dengan barang-barang yang bertubuh. Lukisan matematik itu ada maknanya. Plato menggambarkan dengan itu suatu cara, bagaimana jiwa naik ke atas, dari dnia yang lahir kelihatan ke dunia idea. Yang tinggi-tinggi tidak dapat dicapai sekaligus dengan sekali lompat. Matematik adalah alat yang baik untuk meningkat berangsur-angsr dengan urutan yang tepat. Bimbingannya menuju dunia idea begitu baik menurut plato, sehingga diatas pintu masuk ke Akademia disuruhnya rekamkan kalimat : “orang yang tidak tahu matematik jangan masuk disini”.
Dari usaha Sokrates untuk menemukan essensi dari berbagai keutamaan yang dimiliki dan dilakukan oleh manusia, Plato memikirkan bahwa essensi itu mempunyai realitasnya sendiri, terlepas dari segala perbuatan konkrit. Dan itu disebutnya Idea. Apa yang dimaksud Plato dengan Idea? Idea adalah essensi imaterial atau model imaterial yang darinya  realitas material sebagai copynya, dapat kita lihat. Contohnya: gambar segitiga yang dapat  dilihat dan diukur dalam berbagai ukuran adalah copyan dari idea segitiga. Demikian juga dengan apa yang dapat dilihat sebagai “yang baik”, “yang indah” merupakan copyan dari idea baik, idea indah. Idea, dengan demikian bersifat obyektif, ada pada dirinya sendiri, tunggal dan kekal. Dari ajaran tentang Idea ini tema-tema filosofis Plato mengalir.
Dua Dunia
Menurut Plato, realitas seluruhnya terdiri dari dua “dunia”. “Dunia” benda-benda jasmani yang dapat ditangkap panca indera dan “dunia” Idea. Dunia benda-benda serba jamak, berubah dan tidak sempurna. Sedangkan dunia ideal itu kekal, tunggal (“yang baik” itu hanya ada satu, “yang indah” itu hanya ada satu), sempurna dan tidak berubah. Lalu bagaimana hubungan antar kedua “dunia” ini? Dunia idea mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Ada tiga cara Plato menjelaskan hubungan “kedua dunia” ini, yakni: Idea hadir dalam benda-benda jasmani, Benda-benda jasmani mengambil bagian dalam Idea (metexis), Idea merupakan model bagi benda-benda jasmani (paradeigma).
Ajaran tentang Manusia: tubuh dan jiwa
Filsafat Plato tentang manusia biasanya dinamakan “dualisme”. Maksudnya bahwa Plato tidak menerangkan manusia sebagai kesatuan yang utuh, tetapi memandang manusia sebagai “dualitas”. Menurut Plato, manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwalah yang utama dan penting. Jiwa merupakan sesuatu yang kekal, berasal dari “dunia” idea. Sedangkan tubuh dipandang sebagai penjara bagi jiwa. Ada tiga bagian ( baca: fungsi) dari jiwa, yakni: bagian rasional, kehendak dan keinginan. Masing-masing bagian mempunyai keutamaan tertentu. Bagian keinginan mempunyai keutamaan pengendalian diri, bagian kehendak mempunyai keutamaan keberanian, dan bagian rasional mempunyai keutamaan kebijasanaan. Dan ada satu keutamaan lain lagi yang fungsinya menjamin keseimbangan ketiga bagian jiwa, yakni keadilan.
Ajaran tentang Moral
Sama seperti Sokrates, Bagi Plato tujuan hidup manusia adalah eudaimonia, “well-being”, hidup yang baik. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah hidup yang baik itu? Sementara orang menjawab hidup dalam kesenangan, Plato menekankan Virtue (keutamaan). Ia mau menunjukkan bahwa virtue bukanlah sekedar materi kebiasaan, tetapi lebih sebagai kodrat jiwa. Di atas telah disebutkan bahwa menurut Plato, pada manusia, jiwalah yang lebih utama daripada tubuh. Dan jiwa mempunyai tiga bagian. Dan masing-masing bagian jiwa mempunyai satu keutamaan sebagai kepenuhan fungsinya.  Maka kalau orang hendak mencapai tujuan hidupnya, yakni eudaimonia, “well being”, hidup yang baik, ia harus mencapai keutamaan-keutamaan yang merupakan kodrat jiwanya. Dengan kata lain, kalau orang ingin mencapai hidup yang baik, ia harus bijaksana, berani, mempunyai pengendalian diri dan adil. Ibaratnya, sebuah pisau disebut sebagi pisau yang baik kalau dapat memenuhi fungsinya sebagai pisau, yakni dapat memotong secara efektif.
Tetapi, menurut Plato, hidup yang baik itu bisa dicapai kalau manusia tinggal dalam polis, Negara.
Ajaran tentang Negara
Plato berpendapat bahwa teori politik sangat erat dengan filsafat moral. Plato menyadari bahwa negara sebagai “Man Writ Large”. Artinya, bahwa negara berkembang dari kodrat individu, individu secara  logis adalah awal dari sebuah Negara. Negara adalah intitusi alamiah karena mencerminkan struktur kodrat manusia.
Asal-usul Negara adalah cerminan dari kebutuhan ekonomi manusia karena Negara ada karena setiap individu tidak dapat mencukupi sendiri kebutuhan hidupnya. Semua orang mempunyai banyak kebutuhan (makanan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, dll), dan untuk memenuhi banyak kebutuhan itu diperlukan banyak skill, dan tak seorang pun mempunyai semua skill yang diperlukan untuk memenuhi banyaknya kebutuhan tersebut. Maka, harus ada pembagian kerja. Dari ide pembagian kerja ini, kemudian ada pembagian golongan dalam sebuah polis. Tiga golongan itu adalah: para penjaga, prajurit dan para pekerja yang menanggung kebutuhan ekonomi polis. Masing-masing mempunyai fungsi untuk bersama-sama membangun sebuah polis yang kuat. Para penjaga berfungsi sebagai pemimin polis, pembuat aturan yang baik. Para prajurit berfungsi sebagai penjaga keamanan, menjamin ketaatan warga kepada aturan dan pemimpin polis. Sedangkan fungsi para pekerja adalah  memenuhi kebutuhan ekonomi polis serta taat kepada aturan dan pemimpin polis.
Tiga golongan yang ada dalam polis ini adalah cerminan dari tiga bagian jiwa manusia.  Masing-masing mempunyai keutamaan yang identik supaya dapat mencapai tujuannya: hidup yang baik, negara yang baik. Karena keadilan adalah keutamaan umum moral manusia, maka keadilan adalah karakter dari negara yang baik.
Karya-karya Plato
Semua karya yang ditulis Plato berbentuk dialog. Dengan bentuk dialog ini, Plato mengekspresikan pikiran-pikirannya. Karya-karya Plato itu antara lain:
Apologia, Krition, Eutyphron, Kharmides, Lysis, Hippias , Menon, Gorgias, Protagoras, Euthydemos, Kratylos, Phaidon, Symposion, Politeia, Phaidros, Parmenides, Theaitetos, Sophistes, Politikos, Philebos, Timaios, Kritias, Nomoi.
.

0 Response to "Plato"

Posting Komentar